Catatan Naning Pranoto dari Singapore Writers Festival 2013: Pemenang LMC Obor Award 2013 Bersantap Kata ’ Mati’ bersama Pater James
Hampir tiga bulan lamanya menanti untuk bisa bersantap siang bersama Peter James, Pengarang Best Seller serial cerita kriminal yang dikomandai Detektif Roy Grace. Penantian itu akhirnya tiba, pada suatu siang di Singapore Writers Festival (SWF) 2013, yang ditandai gerimis. Heri Nurdiansyah, Pemenang Cerpen Karya Terbaik Lomba Menulis Cerpen Obor Award 2013, didampingi dua penyair muda – Marina Novianti dan Arief Setiawan, dapat mewujudkan penantian itu. Mereka bertiga ini bersama beberapa pengarang dan penggemar cerita detektif mencatat kenangan manis dan langka: berjumpa dan berbincang dengan Peter James, pengarang 25 novel detektif dan telah diterjemahkan ke dalam 35 bahasa. Dalam kesempatan ini Peter James berbagi proses kreatifnya dalam menulis buku laris, genre detektif.
Eat Your Words – yang menjadi tajuk pertemuan kreatif tersebut, bagian dari Program SWF 2013 yang bertema: Crime and Philosophy Writers. Sessi jumpa dengan Peter James, Minggu siang 10 November 2013, selama 150 menit. Dalam waktu yang relatif singkat ini, menurut Marina Novianti, para peserta bisa menimba ilmu menulis cukup banyak. Khususnya, ‘menyantap’ kata-kata yang disampaikan Peter James, sebagai tips menulis cerita detektif. Marina menggarisbawahi, Peter James mengatakan, “Saya bisa menulis bagus dengan materi apa yang saya pahami.”. Pria yang lahir dari rahim Cornelia James, perajut sarung tangan Ratu Elizabeth II ini, memberi contoh – Brighton merupakan kota kecil di Inggris tempat di mana ia lahir dan tumbuh, dijadikan setting novel-novelnya. Mengapa demikian? Karena kota itu yang ia kenal dan benar-benar ia pahami. Hal kedua, angka kriminalitasnya termasuk tinggi di Inggris. Dengan adanya pemahaman tersebut, maka cerita-cerita yang ia tulis berhasil memikat pembacanya.
“Peter James juga menekan kata ‘mati’ pada setiap karyanya,” kata Marina, “Menurutnya, itu merupakan triger karyanya sebagai sumber suspense.” Memang benar, kata ‘mati’ dijadikan diksi unggulan bagi Peter James dalam menyajikan karya-karyanya. Termasuk buku terbarunya yang berjudul : Dead Man’s Time. Kata ‘mati’ membuat pembaca karya-karya Peter James menjadi tersihir setelah menelannya. Nama Peter James melangit, sebagai ‘raja cerita detektif’ kelas dunia.
“Peter James tak mau mengganti kata ‘mati’ dengan nuansa pencerahan. Padahal kata ‘mati’ dalam karya sastra bisa disajikan sebagai penerang.” Ujar Marina, tak puas, mendapat jawaban dari Peter James demikian. Tentu saja, harapan Marina Novianti menjadi sebuah paradoksal dalam diskusi proses penciptaan karya genre kriminal. Meskipun demikian pertemuan dengan Peter James dicatatnya sebagai pertemuan yang sangat berharga dari ajang SWF 2013. “Saya, Arief dan Heri sangat bersyukur bisa makan satu meja dengan Peter James sambil menyantap proses kreatifnya. Bagi kami, ini tips menulis yang sangat berharga.” Marina menutup pengalamannya.
Event SWF diklaim oleh penyelenggaranya sebagai salah satu event sastra terbesar di Asia Tenggara, walau tahun ini gaungnya tak begitu bergema dan relatif sepi. Kabarnya, kaum muda Singapura lebih senang bermain games dari pada menulis. Tetapi level usia anak, relatif banyak yang menyukai program-program arts, writing dan art performings. Ini terbukti setiap kali Singapore National Library menyelengarakan program-program tersebut dibanjiri peserta.
SWF 2013, di samping diisi dengan jumpa pengarang, juga peluncuran 63 judul buku yang diterbitkan para penerbit Singapura. Buku-buku tersebut ditulis dalam bahasa Inggris, Mandarin, Malay dan Tamil, terdiri dari fiksi, nonfiksi, cerita anak dan puisi.
“Semoga tahun depan Lomba Menulis Cerita Obor Award dapat kita selenggarakan lebih baik dan para pemenangnya kita beri hadiah pengalaman lebih hebat,” harapan Kartini Nurdin, selaku Pimpinan Penerbit Pustaka Obor, penyelanggara Lomba Menulis Cerita Obor Award (LMCO) yang diketuai Naning Pranoto