Naning Pranoto, Perintis Creative Writing dan Pegiat GLS di Tanah Air
Anastasia Rini Pujowati dan Sri Masrifah, M.Pd – ,dua guru dari DKI Jakarta mempilar Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang digelar di Pameran Buku IIBF 2022 di Hall B JCC Jakarta. Pendapat tersebut dari sudut pandang saya sebagai seorang pegiat Gerakan Literasi Sekolah (GLS) jauh sebelum pemerintah mencanangkannya pada tahun 2015. Dengan demikian saya punya penilaian tersendiri terhadap peran para guru yang saya kenal selama lebih dari satu dekade. Perkenalan tersebut melalui lomba menulis cerpen sastra yang disponsori oleh PT Rohto Laboratories Indonesia (LMCR Lip-Ice Rohto Golden Pen Award) dari tahun 2006 – 2014. Dalam kurun tersebut saya sungguh beruntung, mendapat kesempatan mengunjungi sekolah dan perguruan tinggi di berbagai kota di Tanah Air, dengan memberi bimbingan menulis kreatif. Ibaratnya, sambil menyelam minum air, saya bersama Tim mengamati kegiatan literasi yang kami kunjungi. Antara lain saya bertemu dengan guru yang bernama Sri Masrifah dan Anastasia Rini Pujowati.
Siapakah Sri Masrifah?

“Bu Sri!” demikian saya memanggilnya. Ia mengaku kenal saya saat ada pelatihan menulis kreatif di Universitas Nasional Jakarta. Kala itu, awal tahun 2000 ia belum lama kembali bertugas mengajar di Timor Leste sejak tahun 1986. “Waktu saya mulai mengajar di Timor Leste itu usia saya baru dua puluh dua tahun,” kenang Sri dengan suara renyah.
Memang demikian pembawaan Bu Sri sehari-hari,kalau bicara nadanya enak didengar dan bahasanya halus tapi bersikap tegas. Maka saya cocok, karena ketegasannya merupakan komitmen yang membuat saya dan Tim percaya bergandeng tangan untuk berkegiatan literasi untuk anak didik tingkat SMP/SLTP. Kerjasama dimulai ketika ia mengajar di SMPN 73 Jakarta, hingga berlanjut sekarang (saat artikel ini ditulis) aktif mengajar di SMPN 115 dan menjabat sebagai Ketua MGMP Bahasa Indonesia DKI Jakarta. Pertengahan tahun 2022, kami sepakat untuk menjalin kerjasama dalam bentuk mengisi program GLS di IIBF 2022.
“Tugas saya apa saja ya, Bu Naning?” tanya Bu Sri, ingin tahu deskripsi. Perempuan yang menikah dengan Zakaria dan memiliki empat putra-putri ini (M. Nashur Ridho Azzaki, Ahmad Fahdhil Tsani Azzaki, Mahmud Zainul Ardhi Azzaki dan Ummi Nadia Rahmah Azzaki) ini memang selalu detail untuk hal-hal yang menjadi tanggung-jawabnya. Akhirnya menemukan sepakat bahwa Bu Sri tugas utamanya sebagai Koordinator Pameran Buku dan sekolahnya, SMPN 115 pentas dalam Parade Puisi Cinta NKRI serta pentas khusus musikalisasi puisi berjudu Macan Asia Hanya Tertidur karya Helena Agathia Puji Harjati. Puisi tersebut dibawakan oleh 11 orang anak didiknya. Kala pentas sungguh memukau penonton. Selain kompak, suaranya bagus dan kostumnya mengenakan berbagai pakaian Adat Nusantara. Sungguh mengundang pujian!
“Anak-anak memang sudah biasa tampil. Ibu Sindung Ernawati, S.Pd, M.Si – selaku kepala sekolah, selalu mendukung upaya kami memajukan dan mengembangkan literasi sekolah.” Papar Bu Sri. Untuk pentas di IIBF 2022 ia berkolaborasi sepenuh hati dengan guru musik yaitu Bapak Yuwana, S.Pd dan Ibu Nur Adriani, S.Pd. Di samping itu ia juga dapat dukungan tulus dari para orangtua siswa-siswi yang ikut serta mengisi panggung literasi IIBF 2022. Sehingga ia merasa ringan bebannya, untuk membawa anak-anak berprestasi.
Bukan itu saja yang dilakukan Bu Sri untuk mensukseskan IIBF 2022. Tanpa mengenal lelah selama pameran berlangsung dari tanggal 9 – 13 November 2022, dengan kerja tulus menggawangi jalannya pameran buku bersama para guru anggota MGMP. Bolak-balik, berangkat pagi pulang senja Bojonggede – Jakarta ditemani suaminya, Bapak Zakaria melayani para pengunjung pameran hingga membagikan goodie bag para pengisi acara dan peserta Wisata Literasi. Bahkan ia sudah mulai aktif kala persiapan pameran 8 November 2022 dan dengan gembira ikut menutupnya pada 13 November 2022.

“Alhamdulillah, saya gembira sekali bisa melaksanakan amanah. Semoga masih ada kesempatan lain, untuk ikut berpartisipasi!” Bu Sri melangitkan rasa syukur yang begitu mendalam. Pengabdiannya di GLS memang tidak diragukan. Selayaknya, perempuan kelahiran Kebumen ini mendapat penghargaan dari Rayakultura-Panitia IIBF 2022 sebagai Pioneer of School Literacy.*
Proses Kreatif Dalam Mencipta Lagu Untukmu, Negeriku
Bu Rini! Demikian saya biasa memanggilnya, walau secara usia ia lebih tepat saya panggil “Dik” atau “Jeng”. Keformalan dunia pendidikan di Indonesia, membuat saya tak pernah melepaskan panggilan “Bu” padanya. Meskipun demikian, hubungan kami tidak kaku. Ia memanggil saya, Bu Naning.”
Saya mengenalnya tahun 2013, ketika Ibu Asri Indah Nursanti sebagai Kepala SMP Don Bosco 2 Pulomas Jakarta, menggandeng saya dan Tim untuk membimbing GLS di sekolahnya. Hubungan kerjasama kami masih berlangsung hingga ditulisnya artikel ini. Buahnya? Kami telah berhasil menerbitkan 12 judul buku dan satu pentas drama musikal Wasiat Ratu Ageng Tegalrejo yang digelar di Gallery Indonesia Kaya Plaza Indonesia 21 November 2019. Bu Rini sebagai guru kesenian terlibat total dalam hajatan cerita sejarah tentang kehidupan nenek Pangeran Diponegoro tersebut. Bahkan Bu Rini yang bersuara sangat merdu itu juga tampil sebagai sinden dan sekaligus mbok-embanne Ratu Ageng yang diperankan oleh Ibu Asri.
Keseriusannya Bu Rini berkesenian membuat saya dan Tim tak ragu untuk menjalin kerjasama. Untuk mensukseskan Hajatan IIBF 2022, Bu Rini kami pasrahi mengkoodinir Pentas Parade Puisi NKRI. Ia begitu semangat dan berhasil menggubah puisi Untukmu, Negeriku sebagai pembuka kegiatan GLS di Panggung Utama Hall B JCC Jakarta. Pentasnya sungguh memukau dan menebarkan aura kental nasionalisme. Apa yang membuatnya bisa demikian menjiwai?
Bu Rini yang lulusan S-1 FKIP Sanata Dharma Jurusan Bahasa Inggris itu bercerita proses kreatifnya. “Pertama-tama saya tertantang untuk berahasil menciptakan lagu yang dinafasi nasionalisme dan sekaligus patriotik” ia mengawali paparannya. Guru imajinernya adalah Guruh Soekarnoputra. “Saya suka lagu-lagu karya Mas Guruh yang selalu berlirik nasionalis dan memasukkan unsur music pentatonic.” Tegasnya.
Di samping itu ia berguru musikalisasi pada mentornya saat kuliah yaitu Untung Basuki – seniman besar dari Sanggar Bambu Yogyakarta. Baginya, pertemuannya dengan Pak Untung merupakan jembatan yang mewujudkan mimpinya sebagai musikus dan guru musik. Tapi ayahnya menginginkan ia studi di luar musik. Maka tak heranlah, apabila setelah lulus dari FKIP Sanata Dharma ia tidak mengajar matapelajaran Bahasa Inggris, tapi memilih mengajar musik. Maka dari itu ia mengambil pendidikan singkat untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik dan Sertifikat Instruktur Nasional Seni Musik, tahun 2012.
Sejak itulah Bu Rini resmi menjadi guru kesenian, khususnya musik yang merupakan bagian dari nafas hidupnya. Faktor itulah yang membuat ia langsung menerima tawaran mendukung acara IIBF 2022 dengan memusikalisasi puisi Untukmu, Negeriku. Ia pilih puisi tersebut karena kalimatnya yang pendek-pendek, ada nafas nasionalisme di dalamnya. “Setelah dua hari memahami teks puisi, saya lalu mencipta musiknya.” Bu Rini menceritakan proses kreatifnya.
Sebagai guru musik tentu saja ia menguasai berbagai alatnya. Piano yang paling ia masteri dan itu ada sejarahnya, sangat unik. Pada mulanya belajar piano secara otodidak kala di bangku SMA Stella Duce1 Yogyakarta. Belajarnya pada saat jam istirahat. Sehingga ia tidak sempat makan bersama teman-temannya. Selain itu, ia juga pernah ‘mencuri-curi’belajar main piano di gereja, tapi hanya sebentar. Karena ada ‘larangan’ tidak boleh memainkan piano kecuali untuk keperluan misa dan acara gereja lainnya. Hal itu tidak menyurutkan Bu Rini untuk terus belajar hingga akhirnya mendapat kesempatan kursus selama sebulan. Itulah yang menjadi bekal ia menjadi komponis. Dari Hajatan IIBF 2022 ia mendapat piagam penghargaan. Semoga piagam tersebut sebagai penyemangat terus berkarya.*