Review

HUMAIRA DALAM KOBARAN API JEJAK AMUK MEI 1998

Humaira dalam Kobaran api

Dalam kobaran api Tragedi Mei 1998 di Jakarta yang bersimbah darah. Martabat keperempuanan Humaira dijarah para lelaki bedebah. Masuk ke liang lahat berkafan hitam-kelamnya sejarah. Ia menunggu keadilan dalam membusuk jasad yang berarwah gentanyangan resah.

Lalu, lahirlah bayi yang dinamai Luk-Luk tak berayah. Ia dianggap sebagai anak haram jadah. Ia berjalan tanpa arah, mencari jejak ibunya yang kini berkubang tanah. Akankah perempuan selalu dianggap layaknya tempat pembuangan? Yang dengan mudah para bedebah menyemprotkan mani lalu enyah? Ya, sampai di mana batas manusia memanusiakan perempuan untuk tetap berkiprah?

Ketika Humaira melahirkan belahan jiwanya,
terpaksa harus membuang cinta untuk buah hatinya, disitulah kemelut buih-buih luka menggeram menghadirkan siksa dan trauma.

Membaca novel ini tidak hanya mengajari saya soal keperempuanan tetapi juga mengajari saya banyak hal. Banyak pengetahuan. Banyak pengalaman. Memandang kemelut Era Reformasi Mei 1998 dari sudut pandang lainnya, bukan sekedar masalah politik, sosial, ekonomi atau hukum. Ya, mari belajar menjadi manusia dari Luk Luk dan Humaira.

(Ayda Idaa)

BACA :   Tuhan & Batin Dua Wanita: Kisah Menemukan Cinta
Tags

Related Articles

Back to top button
Close