Macte nova virtute, puer, sic itur ad astra
Anakku,selamat atas bukti keberanianmu yang pertama, dengan demikian itu akan membawamu ke bintang (Vergilius, Penyair Romawi Kuno)
*
Quote Penyair Vergilius saya kutip dalam tulisan ini karena mewakili kata hati saya setiap kali menyaksikan anak muda berani menulis buku. Saya tak pernah mempermasalahkan apa yang mereka tulis: buku berisi karya fiksi atau nonfiksi maupun puisi. Bagi saya menulis buku merupakan prestasi di bidang literasi yang dicatat zaman sepanjang masa dan hanya sedikit orang yang melakukannya. Karena tidak semua orang terpanggil untuk menulis dengan berbagai alasan, antara lain mengatakan, “Saya tidak berbakat menulis.” Ada juga yang berkata demikian, “Saya sebetulnya ingin menulis buku, tapi tidak sempat.” – dan masih banyak lagi dalih yanng pernah saya dengar selama saya menjadi pegiat creative writing.
Menulis itu action, bukan sekadar keinginan. Untuk bisa menulis juga tidak harus berbakat, melainkan perlu niat (willing) dan rajin latihan menulis didukung dengan sumber bacaan yang mendukung kegiatan menulis tersebut. Sebab, jika seseorang mau menjadi penulis berkelas harus banyak membaca referensi yang dijadikan sumber untuk menulis. Demikian pula yang dilakukan oleh Lio Bijumes, anak muda berdarah Dayak Lengilo, kelahiran tahun 1993 yang kini aktif sebagai motivator SDM Kaum Muda. Dalam usianya yang relatif masih muda ia telah menulis lebih dari lima judul buku, antara lain “Membangkitkan Semangat Mudamu” dan “Merayakan Masa Mudamu”. Kedua isi buku karyanya tersebut mengajak anak muda untuk ‘meraih bintang’ atau berprestasi dengan memompa spirit menggali potensi tanpa menyerah ‘ala’ Lio.
“Saya ingin terus menulis buku untuk menyemangati kaum muda dalam menggali potensinya.!” tutur Lio, yang berbincang-bincang dengan saya melalui telepon. Saya tinggal di Bogor, Lio berada di Yogyakarta – kota di mana ia merantau sejak tahun 2012. Berikut ini perbincangan saya dengan Lio.
Naning Pranoto/NP: Sejak kapan Anda tertarik menulis?
Lio Bijumes Frand/LBF: Sejak di Sekolah Dasar di kelas empat. Guru Bahasa Indonesia kami mengajar dengan bagus, membuat saya jadi suka menulis puisi. Tapi lulus Sekolah Dasar hingga SMA saya tidak menulis lagi. Nah, waktu saya mulai kuliah di Yogya, saya kembali tertarik menulis. Tapi bukan puisi. Saya pilih menulis nonfiksi yang saya harapkan bisa menyemangati kaum – menulis buku degan bahasa ringan. Itu saya terinspirasi oleh buku berjudul “Katak Jadi Astronot, Berburu Raksasadalam Manusia Biasa” karya Dr. BL. Padatu M.Th, M.AP. Itu dosen saya. Tapi waktu saya membaca buku tersebut belum kenal Pak Dosen itu.
NP: Apa tanggapan Pak Dosen terhadap Anda?
LBF: Dia senang. Kemudian membimbing saya menulis. Setiap kali saya menulis, saya tunjukkan kepadanya dan diarahkan. Saya jadi semangat.
NP: Dalam menulis, Anda banyak menggunakan referensi?
LBF: Iya. Saya banyak membaca buku teori menulis karya berbagai penulis termasuk karya-karya Ibu Naning Pranoto saya pelajari. Selain itu saya membaca buku-buku yang menambah sumber tulisan saya.
NP: Kalau begitu Anda banyak menghabiskan uang untuk membeli buku?
LBF: Iya. Benar. Uang jatah makan saya gunakan beli buku. Jadi kadang saya tidak makan, atau makan seadanya. Mie Instant. Ya begitulah dalam mengatur keuangan kiriman dari orangtua sering menimbulkan konflik: beli makanan atau beli buku? Selalu jawabannya: beli buku!
NP: Anda rajin ke perpustakaan?
LBF: Iya. Tidak hanya di perpustakaan di kampus saya, tapi juga di berbagai universitas lain. Kebetulan saya aktif berorganisasi maka mudah mendapat akses masuk perpustakaan dan banyak pula dapat info-info tentang buku.
NP: Kapan jam-jam emas Anda untuk menulis?
LBF: Pagi hari. Saya selalu bangun pagi. Lalu menulis.
NP: O, Anda morning person. Bagus, jika mau produktif sebaiknya jadi morning person.
LBF: Saya kalau menulis harus sendiri, dalam suasana sepi. Tapi bukan berarti saya suka menyendiri. Ada saatnya saya kumpul-kumpul sama teman organisasi, teman bermain dan juga dengan adik saya yang sekarang studi di Yogya tinggal bersama saya. Saya suka diskusi. Dari diskusi dan kumpul-kumpul itu saya banyak dapat inspirasi.
NP: Berapa lama biasanya Anda menyelesaikan sebuah buku?
LBF: Tergantung buku yang saya tulis. Biasanya lama dalam kumpulkan bahan.
NP: Apa Anda akan terus menulis? Mau jadi penulis profesional?
LBF: Iya. Saya akan terus menulis, tapi tidak menggantungkan sumber keuangan dari menulis buku. Harapan saya, buku yang saya tulis bisa jadi sumber inspirasi anak muda. Jika itu terwujud, saya bahagia karena berguna apa yang saya lakukan.
NP: Tidak berminat pulang kampung?
LBF: Itu impian saya. Setelah studi saya selesai dan pengalaman saya bertambah, saya ingin kembali ke kampung halaman saya di Long Bawan Krayan Nunukan, untuk membina SDM anak muda di sana. Sekarang ini jika saya pulang kampung ya buat semacam forum temu anak muda, untuk berbagi pengalaman, mengobarkan semangat anak muda dalam menggali potensi untuk berkarya optimal secara nyata. Semoga mereka kelak bisa berkarya sesuai dengan potensi dan minatnya. Saya ingin sekali mewujudkan itu
NP: Apakah adik Anda juga suka menulis?
LBF: Adik saya tertarik pada bidang musik dan saya mendukungnya. Potensi dia memang di musik, bukan menulis. Kami saling mendukung.
NP: Oiya, studi bidang apa yang Anda pilih?
LBF: Tahun 2012 – 2016 saya studi di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi “AAN”, Yogyakarta (S-1). Tahun 2017 – 2019 saya menempuh studi Master of Management Human Resource di Universitas Kristen Duta Wacana, untuk S-2. Saat ini saya sedang menyiapkan diri untuk studi lagi ke tingkat doktoral.
NP: Selain itu, apakah Anda mengikuti training maupun kursus-kursus yang ada kaitannya dengan pengembangan SDM?
LBF: Iya. Tahun 2018 saya mengikuti berbagai training dan kursus-kursus. Antara lain: Managing Talented People, Talent Management Design, Managing Learning and Development, Succession Planing Design, Social Media Literacy Training, National Conference on Applied Busines, dan tahun 2019 saya ikut Remuneration Management Design 3P, Easy to Become Writerprenuership dan Young Entreprenuers Welcoming 4.0.
NP: Jadi, kompetensi Anda di bidang apa saja selain menulis?
LBF: Trainer dan Motivator.
NP : Masih ingin menulis puisi untuk pencerahan?
LBF: Tentu.(Lio tertawa. Penuh semangat)
Lio Bijumes Frand merupakan salah seorang dari peserta E-Learning Rayakultura Creative Writing Program yang dimentori oleh Naning Pranoto dan Tim.
(Naning Pranoto)