ArticleKultura & Sastra

MENUJU KOMUNITAS KREATIF BERBASIS KULTUR

Sides Sudyarto DS
Sides Sudyarto DS

SAMBUTAN

KETUA RAYAKULTURA

Sides Sudyarto DS

MENUJU KOMUNITAS KREATIF

BERBASIS KULTUR

Abad ini adalah Abad Kreativitas. Individu atau masyarakat yang unggul kreativitasnya, akan unggul di gelanggang persaingan. Sebaliknya, individu atau masyarakat yang kalah kreativitasnya, akan terpuruk nasibnya. Individu atau masyarakat yang terpuruk tidak mampu menjadi pelaku hanya bisa menjadi objek dan penonton tanpa peran.

The Nomura Institute of Japan membagi zaman ekonomi dalam empat era:

  1. Agricultural Era (Era Pertanian).
  2. Industrial Era (Era Industri)
  3. Information Era (Era Informasi).
  4. Creative Era (Era Kreativitas).

Bandingkan dengan pembabakan yang dilakukan oleh Daniel Pink, dalam bukunya yang berjudul A Whole New Mind (2005).

  1. Agricultural Age (farmers)
  2. Industrial Age (factory workers)
  3. Information Age (knoeledge workers)
  4. Conceptual Age (creator and empathizers).

Bandingkan pula dengan Alvin Toffler, dalam bukunya The Third Wave (Gelombang ketiga) yang membagi zaman budaya manusia menjadi:

  1. Gelombang Pertama: Revolusi Pertanian (ribuan tahun)
  2. Gelombang Kedua: Revolusi Perindustrian (300 tahun).
  3. Gelomnag Ketiga: Revolusi Informasi (hanya puluhan tahun).

Abad Informasi itu juga disebut Abad Ruang Angkasa, yang oleh Daniel Bell disebut Posindustrial dan oleh Zbigniew Brzezinski disebut Abad Tekhnetronik.

Dari segi sejarah kebudayaan kita juga bisa membuat tahapan lain, berdasarkan Revolusi kemanusiaan itu sendiri.

  1. Revolusi Bahasa, dengan ditemukannya dan pertamakalinya manusia menggunakan bahasa.
  2. Revolusi Tulisan, dengan ditemukannya tulisan oleh manusia.
  3. Revolusi Postmodern, dengan dirintisnya Universitas Digital atau Universitas Postmodern.

Masalah Kreativitas

Dalam Hubungan Antarbangsa (International Relation), selalu terjadi kerjasama, juga terjadi persaingan yang bisa mengarah kepada konflik. Dalam politik internasional, lazim membagi negara-negara menjadi negara maju dan negara berkembang. Ada yang membagi menjadi Negara Kaya dan Negara Miskin. Ada juga yang membaginya dengan sebutan Utara – Selatan. Selain itu sudah lazim  adanya sebutan Negara Dunia Pertama (Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa Barat. Negara Dunia Kedua: Uni Soviet (dulu) dan para satelitnya di Eropa Timur. Negara Dunia Ketiga: negara-negara baru/muda di kawsan Asia-Afrika-Amerika Latin.

Jelaslah bahwa penggolongan negara-negara itu berdasarkan kekuatan ekonominya. Di sini manusia diukur menurut status/taraf ekonominya. Hingga zaman iniI manusia selalu diartikan sebagai Homo Economicus alias Makhluk Ekonomi. Perbedaan kemampuan ekonomi tentu ditimbulkan oleh banyak sebab: perbedaan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, perbedaan etos kerja, perbedaan potensi kreatif, inovatif dan produktif, dan sebagainya. Ternyata faktor-faktor tersebut itu menentukan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia. Jepang, meskipun sumber daya alamnya terbatas, tetapi makmur berkat sumber daya manusianya (human resource).

Tampaknya tiada pilihan lain, jika negara-negara miskin atau negara-negara terkebelakang atau negara-negara berkembang ingin menghapuskan kebodohan dan kemiskinan maka harus menyiapkan dirinya dengan:

  1. Peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan/teknologi.
  2. Peningkatan etos kerja
  3. Peningkatan kreativitas

Dalam kesempatan ini hanya dibicarakan masalah kreativtas, sesuai dengan forumnya. Banyak cara untuk memberikan kejelasan apa itu kreativitas.

Linda Nailman: I define creativity as the act of turning new and imaginative ideas into reality. Creativity involves two processes: thinking, then producing. Innovation is the production or implementation of an idea. If you have ideas, but don’t act on them, you are imaginative but not creative.

Rollo May: Creativity is the process of bringing something into being. Creativity requires passion and commitment.

Pengembangan Kreativitas

Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk kreatif. Bedanya ada kreativitas yang dikembangkan secara serius, banyak pula kreativitas yang tidak terawat dan sama sekali tidak mendapatkan pengembangan. Tetapi percayalah, bahwa kreativitas itu bisa dilatih, dibina dan ditingkatkan secara terarah.

Untuk pengembangan kreativitas diperlukan berbagai unsur:

  1. Proses sosialisasi yang baik demi interaksi yang positif.
  2. Peningkatan kontinyu penguasaan ilmu pengetahuan/teknologi.
  3. Maksimalisasi etos kerja.
  4. Penguasaan cara berpikir yang cerdas dan bebas
  5. Pengayaan wawasan yang terus-menerus.
  6. Rasa percaya diri yang tidak tidak terganggu.
  7. Keberanian mengambil risiko
  8. Kesiapan bertanding dalam bersaing
  9. Keterbukaan terhadap kritik
  10. Keteguhan memegang prinsip moral/etika.

Kreativitas dan Bahasa

Kreativitas sangat erat berhubungan dengan bahasa. Semakin menguasai bahasa dan bahasa-bahasa, semakin besar kemampuan untuk kreativitas. Gagasan kreativitas bisa didapatkan lewat pergaulan, diskusi, debat, seminar, juga dengan membaca banyak buku-buku ilmiah di segala bidang. Untuk semua itu memerlukan penguasaan bahasa yang seluas-luasnya.

Ada dua macam bahasa, yakni Bahasa Primer dan Bahasa Sekunder. Bahasa Primer adalah bahasa lisan. Karena sifatnya yang langsung, bahasa lisan lebih orisinal dan spontan. Bahasa Sekunder adalah Bahasa Tulisan. Bahasa Tulisan karena sifatnya tidak langsung dan tidak spontan, biasanya lebih gramatikal, teratur strukturnya, juga memungkinkan untuk memiliki style yang lebih literer.

Kreativitas dan Seni

Karya seni kelas dunia merupakan contoh-contoh yang membuktikan, bahwa kreativitas itulah yang mampu melahirkan karya-karya besar. Karena itulah, setiap insan kreatif tidak akan mengabaikan karya-karya besar, misalnya dari Pablo Picasso, Leonardo da Vinci, Michael Angelo, Vincent van Gogh, Rembrandt, dan sebagainya.

Untuk mengembangkan kreativiras dan citarasa estetika, orang juga bisa menikmati karya-karya sastra kaliber dunia, seperti karangan Gabriel Garcia Marquez (Amerika Latin),  Nadine Gordimer (Afrika Selatan), Gao Xinjian (China), George Orwell (Eropa), dan sebagainya.*

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Pendampingan Menulis Buku