Wawancara

Naning Pranoto; Creative Writing Itu Teknik Menulis

Tidak semua aktifitas menulis dapat dikategorikan menulis kreatif (creative writing). Demikian salah satu hasil wawancara kami dengan Naning Pranoto. Nama penulis buku Creative Writing; Jurus Menulis Cerpen (2007) ini memang kerap menjadi rujukan bagi mereka yang hendak mempelajari teknik menulis kreatif.

Teknik menulis kreatif menjadikan tulisan lebih menarik dimata pembaca. Pemakaian teknik ini juga cenderung membuat penulis lebih produktif. Setidaknya Naning Pranoto telah membuktikan hal tersebut. Terhitung 21 judul novel, 32 judul buku anak-anak, 16 textbook, serta ratusan judul cerpen di berbagai media massa telah dihasilkannya. Bahkan novelnya yang berjudul Wajah Sebuah Vagina tercatat sebagai bestseller pada tahun 2005.

Hanya saja, istilah creative writing lebih sering dikatakan ketimbang dijelaskan. Jadi, terima kasih kepada Naning Pranoto yang bersedia –sekali lagi- menjelaskan berbagai hal mengenai creative writing kepada pembaca indonovel.com, melalui wawancara tertulis ini.

Berikut petikannya buat anda;

Sekali lagi tentang creative writing. Apa semua kegiatan menulis dapat digolongkan kedalamnya ? Apa saja kategori tulisan yang merupakan produk creative writing ?

Creative Writing (CW) terdiri dari: CW Fiction (Tulisan Kreatif Fiksi) dan CW Nonfiction (Tulisan Kreatif Nonfiksi) Uraiannya sebagai berikut: CW Fiction: Novel, Novelet, Cerpen, Cerpan (Cerita Pendek Panjang), Cermin (Cerita Mini/Flash), Naskah Drama (Pentas), Naskah Drama (Radio), Naskah Drama Tradisional (misalnya ludruk, kethoprak, wayang orang dll), Puisi Tradisional, Puisi Modern/Kontemporer, Epik/Epos, Dongeng, Cerita Fantasi, Lirik Lagu, Teks Iklan (Versi Cetak), Skrip Iklan (Audio-Visual: TV/Radio) dan Screen Writing (Skenario Film dan Sinetron) — CW Nonfiction: Otobiografi, Biografi, Esei, Memoar, Artikel Khusus (features), Surat Cinta, Laporan Perjalanan (Travel Writing) dan  Jurnalistik Sastrawi (Literature Journalism)

Proses menulis kreatif itu lebih dekat ke otak kanan atau otak kiri ?

Cenderung menggunakan otak kanan, karena faktor itu merupakan sumber ‘cita-rasa’ seni

Naning Pranoto mengambil studi jurnalistik di Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta (1985). Dia meraih gelar sarjana di bidang bahasa dan sastra dari Universitas Nasional, Jakarta (1986) dan mendapat gelar masternya di bidang Chinese Studies dari Bond University Australia (2001). Ia mendalami bahasa Inggris di English Language Centre Monash University, disamping belajar di English Language Centre in Academic Writing and Creative Writing di University of Western Sydney Australia  pada tahun 1999.

Apa perbedaan mendasar menulis kreatif dengan proses menulis yang umum.

Sesuai dengan term-nya, CW adalah tulisan yang menimbulkan imajinasi dan inspirasi serta daya kritisi bagi pembacanya. Tulisan biasa tidak demikian, tapi datar dan kurang memiliki daya imajinasi dan inspirasi. Seperti Anda ketahui, imajinasi itu mampu mengusik, membuai, merangsang, melambungkan dan menerbangkan serta menghanyutkan perasaan. Bahkan, mengaduk-aduk.

Creative writing itu sebuah metodologi atau teknik menulis ?

Teknik menulis.

Apa yang membedakan penulis yang paham teknik menulis kreatif dengan yang tidak ?

Penulis yang menggunakan cretive writing akan lebih menarik daripada yang tidak. Tapi, faktor kreativitas penulis itu sendiri sangat menentukan mutu tulisannya. Dukungan berbagai bacaan penting untuk memacu kreativitas. Bagi saya, seseorang yang ingin jadi penulis jika malas membaca maka tulisannya tidak akan istimewa. Yang dibaca, bacaan apa saja…termasuk resep masakan heeee… (itu saya !)

Apa ada ciri khas tertentu, sebuah tulisan yang merupakan produk creative writing dengan yang bukan ?

Contoh tulisan biasa: ‘Angin bertiup menggoyang lampu’ – Tulisan kreatif akan menjadi: ‘Angin bertiup mempermainkan lampu’  (dikutip dari cerpen Hamsad Rangkuti berjudul Mayat Wanita Tua).

Naning Pranoto awalnya berkecimpung di dunia pers. Karirnya dimulai di Majalah Mutiara Sinar Harapan Grup (1977-78). Selanjutnya bekerja untuk Majalah Ananda Kartini Grup (1978-1980), Majalah Halo (1982-84). Tahun 1981-1982 ia menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Jakarta-Jakarta. Dia juga merambah ke bidang penulisan naskah sandiwara radio untuk Radio BBC-London dengan produser Sanggar Pratiwi (1985-1990). Selain itu, ia pun menulis skenario film, skrip film-video, dokumenter dan berbagai iklan komersial serta iklan layanan masyarakat.

Creative writing itu mesti dipelajari secara formal ?

Sebaiknya demikian. Di Amerika Serikat dan di Australia setahu saya fak ini sangat bergengsi karena tidak semua orang bisa masuk di kelas ini. Waktu masuk, harus sudah punya karya berupa (minimal) cerita pendek tapi lebih baik lagi berupa novel. Kebetulan saya punya dua-duanya dan saya tulis langsung dalam bahasa Inggris…walau saya sadar, bahasa Inggris saya untuk menulis tidak sebaiknya kalau saya menulis dalam bahasa Indonesia. Anda tahu, menulis fiksi itu adalah menulis yang didasari dengan ‘cita-rasa’ jiwa.

Creative writing bisa diterapkan pada kategori fiksi & non fiksi ? Apa manfaat mempelajari creative writing bagi seorang penulis fiksi

Tulisannya akan lebih bagus, tidak monoton dan sangat mungkin punya ciri khas…tidak mengekor yang sudah ada. Saya menemukan relatif banyak anak-anak muda yang mampu menulis kreatif dengan baik — karya yang dilombakan di LMCR Lip Ice – Selsun Golden Award (mulai tahun ini berubah menjadi LMCR Rohto – Mentholatum Golden Award). LMCR adalah konsep yang saya susun sebagai wujud dari mimpi saya, ingin mengajak siapa saja menulis kreatif. Alhamdullilah…PT. Rohto mau mendukung. Para pemenangnya hebat-hebat, karya-karya mereka langsung dimuat di berbagai koran nasional antara lain Kompas dan Republika, saya ikut bangga…bangga sekali dan bersyukur, dukungan PT. Rohto ada manfaatnya dan punya andil besar melahirkan sastrawan dan sastrawati bagi negeri ini.

Tahun 2003 Naning Pranoto mendirikan Yayasan Garda Budaya Indonesia yang bergerak di bidang kebudayaan dan kini menjadi Pembina Yayasan Rayakultura. Melalui Rayakultura itulah Naning Pranoto memberikan pelatihan menulis kreatif (creative writing) dan menulis ilmiah (academic writing) kepada ribuan siswa tingkat TK,SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi maupun para guru di berbagai kota di Tanah Air. Bagi yang berminat mengetahui lebih jauh mengenai pelatihan ini, silahkan menghubungi via email : rayakultura@gmail.com

Anda bisa dikatakan sebagai sosok yang paling getol memasyarakatkan creative writing (melalui creative writing workshop) ke sekolah-sekolah. Apa misi yang anda usung melalui aktifitas sosial tersebut ?

Saya ingin makin banyak orang beranggapan bahwa menulis itu perlu  dan banyak manfaatnya. Selain berkarya, juga ampuh untuk membasuh jiwa dan pencerahan sekaligus untuk diri penulisnya dan pembacanya. Bahkan sekarang ini di Amerika Serikat, menulis kreatif sudah dijadikan sebagai bagian dari terapi jiwa. Saya sedang mempelajari ini, untuk orang Indonesia…tapi yah tampaknya agak sulit karena masyarakat kita belum memahami benar apa manfaat menulis itu…padahal bisa mengurangi ketegangan, stress, juga ketakutan…ketiganya itu pemicu stroke. Hal ini sudah saya tulis dalam buku terbaru saya berjudul: Telaga Inspirasi Menulis Fiksi diterbitkan oleh Rayakultura.

Creative Writing Workshop (CWW) juga dilaksanakan dalam versi online ?

Sampai saat ini belum, tapi tahun ini akan saya mulai dibantu teman-teman. Bagi siapa saja yang ingin tahu lebih jauh mengenai CW – silakan baca buku saya yang berjudul 24 Jam Memahami Creative Writingditerbitkan Penerbit Kanisius, diluncuran akhir April 2011.

Terima kasih.

Sumber: Indonovel.com

Tags

Related Articles

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Pendampingan Menulis Buku