Article

NEURO-POETRY, PENYAIR BISA JADI ‘TERAPIS’

Ada kabar gembira untuk lembar Sastra Indonesia, khususnya puisi. Kabar gembira tersebut membawa metode baru untuk telaah puisi berbasis Neuro-Behaviour (Fungsi Luhur), dicetuskan oleh Dr. dr. Arman Yurisaldi Saleh, MS, Sp.S. Ia seorang dokter spesialis saraf yang telah menulis 19 judul buku ilmiah populer, satu judul novel dan puluhan puisi. Metode ini merupakan hal baru di Indonesia tapi telah populer di luar negeri, antara lain dirintis oleh Dr. James Wilkes. Ia seorang penulis dan penyair serta peneliti dari Durham University UK.

“Metode ini berusaha meneliti, mengkaji dan menguji efektivitas terapi menggunakan puisi. Sehingga, kelak dapat disediakan bank puisi untuk terapi kasus-kasus saraf dan jiwa,” papar Dr. Arman yang gemar menulis sejak kecil atas arahan ayahnya. Ia berharap metode yang dirintisnya itu bisa membuka celah kerjasama antara dokter dan sastrawan berbasis ilmiah serta mewujudkan seni untuk terapi. Sehingga puisi-puisi yang ditulis para penyair bisa masuk ke tlatah medis dan peran penyair sebagai terapis untuk kesehatan jiwa dan syaraf.

Untuk mensosialisasikan metodenya, Dr. Arman menulis buku berjudul Neuro-Poetry yang diluncurkan 20 April yang lalu di Yayasan Pustaka Obor Jakarta. Peluncurannya ditandai dengan ‘uji buku’ untuk mentelaah Antologi Puisi Aku Perempuan, Musafir-Mu karya Yeni Fatmawati Fahmi Idris, yang selain penyair juga pematung, pelukis dan lawyer.

“Suatu kehormatan bagi saya, Dokter Arman berkenan membedah puisi-puisi saya.” Kata Yeni dengan gembira. Karena Metode Neuro-Poetry menelaah puisi dengan cara menilai dan mengapresiasi puisi menggunakan sistem scoring. Sehingga membuat penilaian puisi menjadi lebih obyektif. Khususnya untuk preventif, promotif dan rehabilitatif kesehatan jiwa dan saraf.

Menurut Dr. Arman, siapa saja bisa menelaah puisi dengan metode yang ia rintis tersebut. Asalkan, pihak penelaah menguasai metodenya dengan cara mendalami isi buku yang ditulisnya. Antara lain tentang (1) Hubungan antara Neurobehaivour (Fungsi Luhur) dengan Puisi; (2) Mendalami Bagian-bagian Otak Manusia dan cara kerjanya; (3) Kepentingan Klinis dan Sessi Terapi;(4) Bagian Otak Terkait Saat Membaca Puisi; (5) Penilaian Puisi dengan Aspek Neuro-Poetry dan (6) Scoring (Penilaian).

Dari hasil scoring tersebut Arman berharap, “Bila sebuah puisi di masa mendatang secara resmi diakui di dunia dapat digunakan sebagai salah satu terapi dan mulai digunakan di rumah sakit, perawatan oleh keluarga di rumah-rumah dan rawat jalan, maka diperlukan standarisasi kualitas puisi sesuai dengan tujuan terapi. Sehingga kelak dapat disusun level rekomendasi Evidence Based Medicine.” Paparnya.

Buku Neuro-Poetry yang ditulisnya setebal 160 halaman, dengan ukuran buku 14 x 24 Cm sangat membantu kaum awam mendalami puisi-puisi yang bisa digunakan untuk terapi. Bagi penyair, metode telaah puisi berbasis Fungsi Luhur ini bisa dijadikan sebagai wahana menulis puisi untuk membantu penyembuhan atau paling tidak mereduksi tingkat stress dan depresi para penderitanya. Bagi perorangan (awam maupun penyair), lembaga pendidikan dan lembaga pengelola klinik/rumah sakit yang ingin mendalami metode Neuro-Poetry dan Penulisan Puisi Terapis bisa menghubungi Dr. dr. Arman Yurisaldi Saleh, MS, Sp.S melalui Yayasan Rayakultura, e-mail: rayakultura@gmail.com (Naning Pranoto)

Tags

Related Articles

Check Also

Close
Back to top button
Close
Pendampingan Menulis Buku