Peluncuran Buku dan Kebahagiaan
Oleh Naning Pranoto
Ada sekitar 15 e-mail yang masuk ke kantong e-mail saya, menanyakan perihal proses peluncuran buku . Mereka yang bertanya ini ingin tahu, siapa yang membiayai peluncuran, bagaimana perasaan saya dan bagaimana mekanismenya. Berikut ini saya jawab berdasarkan pengalaman saya.
Peluncuran buku adalah saat-saat yang paling menyenangkan atau mungkin juga membahagiakan hati seorang pengarang. Bagi saya pribadi, event ini sungguh mengesankan. Apa lagi pada saat melakukan peluncuran (launching) yang pertama. Wuaahhh…senang sekali. Senangnya melebihi ketika saya mendapat gaji yang pertama sebagai wartawati. Rasa senang itu disebabkan oleh terbitnya karya dan yang kedua, ada suatu event di mana saya bisa bertemu dengan teman-teman dan kenalan saya. Ini saya alami ketika meluncurkan kumpulan cerita pendek saya berjudul SEBILAH PISAU DARI TOKYO. Dalam acara ini cerpen-cerpen saya dibacakan oleh Mas Didi Petet dan Mbak Titie Said.
Saya lebih gembira lagi ketika meluncuran novel saya WAJAH SEBUAH VAGINA. Karena, peluncuran di adakan di beberapa kota dan puncaknya di Yogya dengan ditandai acara yang luar biasa. Bayangkan, ada pentas pantomim (Visual dari alur cerita WAJAH SEBUAH VAGINA dibawakan oleh aktor pantomim kondang Jemek), pembacaan penggalan novel oleh Mas Landung Simatupang dan Mbak Yani dan dihadiri ratusan tamu yang disugui sego pecel. Tidak ada lampu listrik dalam acara ini, melainkan disinari puluhan obor. Saya sungguh terharu dan bahagia. Karena terlalu bahagianya saya menangis. Saya jadi teringat, perjalanan saya di kota-kota lainnya selama peluncuran novel-novel saya, selalu mendapat sambutan hangat – memang ada beberapa orang yang tidak happy dengan karya saya tapi…ya sudahlah. Saya ingat yang baik-baik saja.
Siapa yang membiayai acara peluncuran buku saya? Kebetulan saya punya sponsor yang mau mensponsori acara-acara saya. Sehingga penerbit tidak terlalu banyak mengeluarkan uang untuk acara saya ini. Tetapi mereka mengeluarkan biaya untuk mencetak poster promosi. Misalnya, Galang Press yang menerbitkan WAJAH SEBUAH VAGINA menghabiskan dana cukup besar untuk mencetak poster panjang yang sebut ‘poster raksasa’. Saya menyimpan 2 (dua) poster ini sebagai arsip, plus membayar para pendukung acara.
Bila Anda tidak mendapat sponsor, biaya peluncuran buku dapat dibicarakan dengan pihak penerbit. Biasanya mereka akan terbuka untuk bekerja dengan berbagai pihak. Misalnya, pengadaan tempat, pengadaan konsumsi dan penyebaran undangan. Mekanisme demikian: (1) Buku atau karya kita benar-benar sudah siap diluncurkan/selesai cetak dan sudah diedarkan di toko-toko buku; (2) Menyusun jadwal peluncuran, memilih tempat untuk peluncuran dan menentukan konsumsi dan acaranya; (3) Memilih atau menentukan siapa yang akan membahas karya kita atau sekedar membacakannya, siapa MC-nya dan apa perlu ada hiburan? (4) Mengedarkan undangan berdasarkan list yang telah ditentukan; (5) Pelaksanaan peluncuran. Inilah moment yang paling penting, maka usahakan untuk tidak gagal. Kalau perlu, susun panitia untuk penerima tamu, urusan konsumsi, urusan pertujukan bila ada dan ada upacara penyerahan buku. Peluncuran buku yang pernah saya lakukan, alhamdullillah lancar semua dan mengesankan.
Bila Anda suka mengundang pers ya diundang saja. Tetapi jangan berharap pers yang diundang datang semua (seperti yang Anda inginkan), karena tidak semua pers mau memberi perhatian kepada pengarang, kecuali Anda yang mereka (dianggap oleh wartawan) kategorikan ‘selibriti’ yang punya daya jual. Tetapi pengarang sekaliber Pramoedya Anata Toer tentu saja kalau meluncurkan karya dibanjiri wartawan. Saya pribadi, mungkin karena ‘mantan’ wartawan, jadi punya beberapa teman wartawan yang mau datang ke peluncuran karya saya. Di antara mereka ada yang mau menulis tentang acara ini, ada juga yang tidak. Ya, tidak masalah. Kebetulan saya termasuk orang yang tidak terlalu memburu publikasi karena saya tahu kondisi ‘dunia wartawan’. Jadi semua saya lepaskan saja. Yang penting, kita sebagai pengarang dekat dengan pembaca – punya komunikasi dengan mereka.
Bersama dengan tulisan ini saya lampiri foto peluncuran novel WAJAH SEBUAH VAGINA di Toko Buku Gunung Agung Plaza Surabaya. Yang membahas buku saya antara lain Mas Dede Oetomo, Jeng Merlin, Dik Arief (Surabaya Post) dan Mas Imam (Harian Surya).