RUMAH JIWAKU
Puisi Naning Pranoto
Kubangun rumah untuk jiwaku
Agar aku terpanggil pulang sebelum matahari terbenam
Di beranda, jiwaku mengagumi indahnya langit senja
Bersamamu – pelahan jiwaku, pewaris rusuk Adam
Adalah pilar-pilar rumah jiwaku
Rumah jiwaku beratap angin yang mengayun mimpi memetik bukan buah kuldi
Kunikmati bersamanya – belahan jiwaku, pewaris biji buah Adam yang subur
Sesubur biji sesawi tumbuh menjadi cemara-cemara angun
Meneduhi rumah jiwaku
Kubangun rumah untuk jiwaku
Agar aku memiliki ruang-ruang tak segelap dan sepengap gua
Jiwaku istirah di dalamnya, dibelai sejuknya malam
Bersamamu – belahan jiwaku, pewaris keperkasaan Adam:
Merengkuh jiwaku
Nafasnya hangat, menghantarku ke ujung malam
Jiwaku dan jiwanya melintasi bintang-bintang
Mendaki puncak gunung di permukaan rembulan
Duhai, sungguh menentramkan jiwaku
Kubangun rumah untuk jiwaku
Beroasis, dinaungi pepohonan kurma berbiji buah Adam
Kutelan biji Adam, maka garba emasku pun menatah janin ketika purnama tiba
Janin itu membentuk sosok Maruti – Putra Sang Bayu:
Putih tubuhnya, putih hatinya, putih ruhnya
Putih juga air matanya
Keping otaknya berkilau di dalam tempurung suasa
Kedua tangannya menggegam upaya, sembah dan bakti
Kaki-kakinya tangguh mengembara ke tujuh penjuru buana
Di benaknya tak pernah lupa: dihidupi air susu Anjani
Ia menghargai tangan-tangan Hawa yang mengangkatnya hingga ke Atap Bumi
Anak lelaki itu anakku – rumah jiwaku
Tempatku istirah ketika tulang-tulangku serapuh abu
Akhir September 2004
(Dipetik dari Kumpulan Puisi Naning Pranoto Kepada Pohon Lelaki)