Creative Writing

Sekilas: PENULISAN SKENARIO FILM

Oleh Naning Pranoto

Ada beberapa surat masuk ke e-mail saya menanyakan tentang penulisan skenario film. Berikut ini rangkuman pertanyaan mereka dan jawaban saya.

Apakah penulisan skenario film termasuk bagian dari creative writing?
Benar. Juga, naskah drama radio, naskah drama dan teks iklan.

Apakah setiap orang bisa menulis skenario atau hanya mereka yang berbakat saja?
Menurut saya, siapa pun bisa menulis skenario asalkan ia mau latihan menulis skenario melalui kursus atau belajar sendiri. Bagi Anda yang mau belajar sendiri antara lain dengan cara membaca beberapa skenario yang telah difilmkan. Baik film Indonesia maupun film-film asing – misalnya garapan Hollywood. Skenario film Indonesia banyak dijual di berbagai toko buku. Misalnya, skenario film Ada Apa Dengan Cinta? Untuk skenario film-film Hollywood tentu saja ditulis dalam bahasa Inggris, bisa dibeli di toko-toko buku yang menjual buku-buku bahasa Inggris. Cari saja di rak Arts/Film.

Berapa lamanya seseorang harus belajar menulis skenario film dari nol (belum tahu apa-apa) hingga bisa menulis skenario bagus?
Masing-masing orang berbeda. Ada yang cepat, ada yang lambat. Bagi yang serius ingin bisa menulis skenario film biasanya belajar dengan sungguh-sungguh. Selain melatih diri menulis, juga rajin membaca skenario film-film bermutu (yang diakui kritikus). Saya telah mempelajari puluhan skenario film dan yang sangat berkesan dalam benak saya adalah Suci Sang Primadona karya Arifin C. Noor dan Dance With The Wolves karya Kevin Costner.

Apa dasar-dasar untuk menulis skenario film?
Pertama-tama harus memahami isi cerita dan tokoh-tokoh )para pelakunya) yang akan ditulis dalam bentuk skenario. Langkah selanjutnya harus tahu teknik penulisan film lengkap dengan idiom-idiomnya (the lingo of the film) yang harus dicantumkan pada saat menulis skenario. Misalnya contoh-contoh berikut ini (silakan buka kamus untuk memahaminya!):

– ESTABLISHING SHOT: wide-angle shot
– TIGHT ON: close-up shot
– ANOTHER ANGLE: a new viewpoint
– CLOSER ANGLE: closer perspective
– CLOSE UP: tight shot
– CLOSE SHOT: tight shot
– POV: point of view
– RESERVE ANGLE: opposite of point of view, other person’s view
– BACK TO: return to POV shot
– FAVOR (CHARACTER’S NAME): focus on that character
– CUT TO: end of a scene
– DISSOLVE: old scene fading out and new scene fading in
– FADE IN: image fades to new sceneM
– FADE OUT: image fades to black
– INSERT: text or picture inserted into a scene
– PAN: camera moves from side to sise
– HIGH ANGLE: camera shots from above
– LOW ANGLE: shots from under subject/character
– VOICE OVER (V.O): spoken narration
– OFFSCREEN (O.S): character speaks offscreen
– INDOOR/INTERIOR (INT): in the room/space
– OUTDOOR/EXTERIROR (EXT): outside the room
– MORE: the next page…

Semuanya itu harus dipahami. Untuk lebih jelasnya, baca beberapa skenario yang telah difilmkan dan pelajari pula filmnya. Dengan demikian, waktu menonton film yang sedang Anda pelajari, Anda bukanlah sebagai penonton melainkan sebagai pengamat. Lakukan hal itu dengan sungguh-sungguh.

Saya suka sekali melakukan hal itu pada suatu film yang memikat hati saya. Satu judul film bila saya tonton seharian. Bahkan ada yang berhari-hari, karena saya mengamati berbagai elementnya: setting, karakter, lighting, angle, dialog hingga ke property dan kostumnya. Teman saya pernah komentar, apa yang saya lakukan itu melelahkan baginya. Mungkin apa yang dikatakan teman saya benar. Karena, untuk mengamati sebuah film perlu konsentrasi dan perhatian sungguh-sungguh. <> Apakah untuk menulis skenario film sebaiknya belajar formal – misalnya sekolah perfilman? Misalnya sekolah di mana?
Sebaiknya demikian, menempuh pendidikan formal. Misalnya, Anda studi di IKJ – Jurusan Film. Alamat IKJ di Komplek Taman Ismail Marzuki – Jl. Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat. Atau ambil kursus singkat di TVRI Pusat Jakarta.

Apakah Mbak Naning Pranoto belajar formal untuk menulis skenario?
Pada mulanya saya hanya otodidak, belajar dari buku dan skenario yang ditulis oleh para sineas yang karya-karya berkualitas. Saya belajar menulis skenario secara formal justru setelah saya tidak aktif di film lagi. Yaitu, pada saat saya belajar creative writing di sebuah universitas di Australia akhir tahun 90-an, padahal saya aktif di film tahun 80-an. Tapi sekarang saya ingin terjun kembali ke film, untuk memproduksi film-film pendidikan.

Apakah skenario film sama dengan skenario sinetron?
Saya mengamati beberapa skenario sinetron dan saya menyimpulkan bahwa skenario film dengan sinetron tidak sama. Skenario film ditulis lebih rinci dan detail. Sedangkan skenario sinetron tidak demikian, apalagi yang diproduksi dengan ritme ‘kejar tayang’.

Bagaimana memulai memulai menulis skenario?
Mulai saja dengan membuat outline-nya dengan patokan:
1. Lukiskan setttingnya (lokasi untuk pengambilan gambar)
2. Lukiskan tokoh si antagonis yang lazim disebut hero-nya
3. Lukiskan tokoh si protagonis yang lazim disebut ‘biang-kerok’nya
4. Ringkas plot cerita dalam beberapa kalimat atau paling banyak 25 kata
5. Kemukakan masalah yang dihadapi antagonis karena ulah protagonist
6. Bagaimana perjuangan si antagonis untuk melawan protagonis atau berbagai kesulitannya?
7. Apa yang menjadi klimaks cerita?
8. Bagaimana akhir ceritanya?
9. Nilai-nilai apa saja yang kiranya dapat diambil atau dinikmati oleh penonton?

Bagaimana cara menjual skenario film?
Bila Anda punya skenario film bisa ditawarkan ke berbagai perusahaan film atau production house yang mau menerima skenario dari orang luar. Karena, sekarang ini pada umumnya mereka punya penulis ‘orang dalam’. Pengalaman saya, ketika aktif di film, belum pernah menawarkan skenario film yang saya tulis. Karena saya menulis berdasarkan pesanan. Tapi, bagi Anda yang memulai menulis skenario, bukan berarti sulit memasarkannya. Coba hubungi saja beberapa perusahaan film yang ada di Jakarta, misalnya Rapi Film, INDIKA, MD Film, SINEMART, itu yang saya tahu.

Apakah Mbak Naning Pranoto mau memberi contoh penulisan skenario film?
Ya, Berikut ini contoh satu scene – skenario film yang saya adaptasi dari sebuah skenario film pendek yang pernah saya baca.

Judul: KAWIN SIRI
FADE IN
1. INT. AIRPORT BAR – MALAM HARI
ANITA dan YULIA, dua perempuan menawan, usia dua puluhan, mereka ini duduk di sebuah bar di sebuah Airport. BRAM, seorang lelaki tampan, usia tiga puluhan, berjalan, masuk ke dalam bar lalu mengambil tempat duduk yang tidak jauh dari ANITA dan YULIA. Ruang bar saat itu cukup lengang, diterangi lampu remang-remang. Musik lembut mengalun memenuhi ruangan bar.
2. ANGLE ON ANITA AND YULIA
ANITA: Yul, lihat lelaki itu …hem (TERPESONA).
YULIA : Lelaki yang mana? (PENASARAN)
ANITA : Itu tuh..yang baru duduk (MENUNJUK DENGAN EKOR MATANYA)
YULIA : Oh…dia (KALEM). Sepertinya aku kenal.
ANITA : (PENASARAN) Kenal di mana?
YULIA : (SENYUM DIKULUM) Dia bekas suamiku!
ANITA : (TERKEJUT, MEMBELALAK) Ha? Yang beneerrrr?
YULIA : (TETAP SENYUM DIKULUM, TENANG) Kami pernah kawin siri.
ANITA : Wowww..(MENUTUP MULUTYA YANG MENGANGA!)
CUT TO… *

Tags

Related Articles

3 Comments

  1. Saya punya naskah film yang saya buat sendiri, bagaimana saya harus menghubungi perusahaan film tersebut ?

    apakah saya harus datang ke perusahaan nya?
    apakah saya bisa kirim email ke perusahaan itu ?

    tolong jawab ya..

    terima kasih.

  2. Salam, Mbak Naning,
    Dari dulu saya coba mencari naskah skenario baik dalam bentuk buku maupun di internet, tapi gak ketemu-ketemu. apakah anda mempunyai informasi dimana saya bisa membaca contoh2 skenario film seperti janji joni dll?

    salam

    humes221b@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Pendampingan Menulis Buku