Wayang Hijau -The Green Shadow Puppet
Penggagas
Naning Pranoto dan Yeni Fatmawati
Pelukis/Ilustrator Wayang
Aji Sumakno F dan Asih Francisca
Hakcipta @Naning Pranoto-Yeni Fatmawa
Pengertian Wayang Hijau
Wayang Hijau atau disebut juga sebagai Wayang Ijo, dibuat dari karton atau kertas daur ulang untuk menempel gambar atau lukisan obyek yang ditampilkan. Tokoh-tokoh Wayang Hijau terdiri dari aneka jenis pohon dan tanaman serta rumput yang tumbuh di bumi. Maka wayang yang kami ciptakan diberi nama Wayang Hijau (The Green Shadow Puppet).
Sebagai pendamping tokoh pohon, tanaman serta rerumputan, dihadirkan pula tokoh aneka satwa dan manusia dengan karakter antagonis, protagonis, komedi maupun yang bersifat mitologis dan legendaris. Setting/latar yang utama menggunakan ‘gunungan’ sebagai simbol Bumi serta isinya. Untuk menghidupkan setting ekologi, ditampilkan pula berbagai bentuk bangunan tradisional dan modern serta bagian dari Bumi yang menjadi korban eko-anarkis (berbagai kejahatan terhadap Bumi)
Pertunjukan Wayang Hijau bisa dilakukan dua cara. Cara pertama tanpa iringan musik. Cara kedua dengan menggunakan iringan musik, yaitu gamelan yang dibuat dari bahan-bahan barang bekas (botol gallon air mineral, peti kemas, aneka jenis botol kemasan minuman yang terbuat dari beling/kaca maupun plastik,kaleng besar-kaleng kecil, bambu, rotan, kerikil, batu, pasir dan aneka biji-bijian kering.)
Misi dan Visi Wayang Hijau
Wayang Hijau bermisi sebagai medium edukasi untuk anak-anak dan remaja belia (tingkat TK hingga SMP) tentang pelestarian Bumi, Rumah kita satu-satunya.
Perrtunjukan Wayang Hijau dikemas berupa narasi dalam bentuk dongeng maupun cerita yang berisi tentang penyadaran pentingnya merawat dan mencintai lingkungan yang terdiri dari tanah, air, udara, laut, pohon, tumbuhan dan hewan. Ada makhluk hidup dan benda mati. Semuanya memiliki manfaat bagi kehidupan manusia dan makluk lainnya secara simbiosis mutualisme.
Untuk menarik minat penonton agar misi Wayang Hijau bisa memviral, pertunjukan Wayang Hijau disajikan oleh seorang dalang atau pendongeng piawai. Metode penyajiannya interaktif dengan penonton (mirip gaya lenongan Betawi) dan kreatif bersama membuat wayang dan menulis cerita. Pertunjukkan diawali dengan menyanyi bersama lirik-lirik ballada dan religi pelestarian bumi. Selanjutnya baru ke inti cerita/dongeng yang disajikan.
Agar tidak membosankan, durasi pertunjukan Wayang Hijau berkisar antara 15 – 20 menit, per judul. Setelah usai pertunjukkan digelar, dalang/pendongeng berdiskusi santai dengan penonton, untuk mengajak mereka membuat wayang dan menulis cerita/dongeng bersama atau menyadur dari buku atas bimbingan guru/tutor. Durasi berkreasi maksimal 90 menit, dibentuk per grup. Materi untuk membuat wayang disediakan oleh penyelenggara atau peserta membawa sendiri sesuai dengan minat dan kreativitasnya. Penonton diberitahu adanya sessi kreatif tersebut melalui undangan, sehingga mereka mempersiapkan diri untuk berkreasi.
Jakarta, 25 Januari 2017
Naning Pranoto – Yeni Fatmawati